Rabu, 18 Januari 2017

Manusia Dan Kegelisahan



MANUSIA DAN KEGELISAHAN











Oleh : Nurika Ayu Tiara (15216583)
1 EA 27







UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017






Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenram hatinya selalu merasa tidak tenang(tidurnya), khawatir, tidak sabar(menanti), cemas.
Kegelisahan, Hal ini mungkin di timbulkan dari kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup dan keadaan yang tidak stabil.
Kegelisahan juga salah satu ekspresi dari kecemasan, karena itu dalam kehidupan sehari – hari kegelisahan juga bisa disebut sebagai kecemasan, kekhawatiran atau ketakutan.
            Masalah kegiatan juga berkaitan dengan rasa frustasi, yang dapat di definisikan bahwa frustasi karena sesuatu yang ingin dinginkan atau dicapai tidak dapat diraih ataupun belum bisa diraih pada waktu yang sudah di tentukan.
Kegelisahan juga bisa timbul ketika kita melakukan kesalahan, kesalahan yang tidak di ketahui oleh orang  lain, namun berakibat fatal hal ini akan menimbulkan kegelisahanyang sangat menyiksa batin  sehingga mempengaruhi apa yang kita kerjakan dan lambat laun akan memperlihatkan kesalahan yang kita perbuat tanpa disadari.     Menurut Freud, ada tIga jenis kecemasan yang sering dialami manusia. Kecemasan itulah adalah kecemasan realistic, kecemasan moral, dan kecemasan neurotic. Kecemasan realistic Secara normal, kecemasan realistic ini sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan realistic disebut juga dengan rasa takut. Contoh dari kecemasan ini sangat jelas, karena sumber kecemasan memang membayakan secara fisik, seperti jika saya melemarkan seekor ular kedepan anda, anda akan mengalami kecemasan realistic ini. Kecemasan moral Ini akan kita rasakan ketika ancaman bukan dari luar, dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial superego yang telah terintegrasi dalam diri kita. Kecemasan moral ini adalah antara lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapatkan sanksi. Kecemasan Neurotik Perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan id. Kalau anda pernah merasakan “kehilangan id”, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran anda, maka anda saat itu sedang mengalami kecemasan neurotic. Kecemasan jenis ini yang merupakan sumber terbanyak yang membuat seseorang terganggu secara psikologis. Sebab-sebab Orang Gelisah
    * Gelisah terhadap dosa-dosa dan pelanggaran ( yang telah dilakukan )
    * Gelisah terhadap hasil kerja ( tidak memenuhi kepuasan spiritual)
    * Takut akan kehilangan milik ( harta dan jabatan )
    * Takut menghadapi keadaan masa depan ( yang tidak disukai )
Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan Usaha-usaha yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kegelisahan ini peratama-tama harus mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu, yaitu kita harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga kesulitan dapat kita atasi. Sedangkan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah dengan berserah diri kepada Tuhan. Keterasingan Keterasingan kadang dianggap kurang lebih sama dengan penyimpangan. Kita dapat mengatakan bahwa orang menyimpang itu, misalnya : “ siswa sekolah menengah pertama itu yang hobinya tauran”, adalah terasing dalam masyarakatnya, ia gagal mengidentifikasi diri mereka dengan masyarakatnya dan gagal menrima tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Maksudnya adalah ia terasing karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat. Dan orang - orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang orang yang patuh. Gambaran tentang penyimpangan itu adalah hal buruk kalau cara pandang kita terhadap penyimpangan atau keterasingan seperti ini.


Contoh Kasus :
Jeritan Hati Terpidana Mati Asal Batam Jelang Eksekusi di Nusakambangan
Kamis, 19 Mei 2016 - 09:58 WIB
14005
batampos.co.id – Berbagai upaya dilakukan para terpidana mati untuk lolos dari timah panas regu tembak. Seperti yang dilakukan terpidana mati asal Batam, Suryanto alias Ationg Bin Swehong. Rencananya, dia akan menulis surat untuk Presiden Jokowi agar bisa bebas dari eksekusi mati.
Jawa Pos (grup batampos.co.id) berhasil menembus Nusakambangan bersama kerabat terpidana mati dan mendapatkan komentar dari Suryanto beberapa waktu lalu. Suryanto saat itu sedang duduk di dalam area Lapas Batu. Tubuhnya ceking, bahkan kepalanya tampak lebih besar dari tubuhnya. Tidak proporsional. Raut mukanya memang tampak tenang.

Saat itu dia mengenakan kemeja kotak-kotak yang warnanya sudah memudar dan celana jeans biru yang sudah mulai memutih. Dia berbeda dengan napi lain yang biasanya merokok. ”Saya memang sejak awal tidak merokok,” ujarnya terpatah-patah.

Dengan wajah cukup tenang, dia mulai menceritakan bagaimana tanggapannya soal eksekusi mati. Awalnya, dia mulai curiga dirinya akan dieksekusi karena dipindahkan dari Lapas Batam ke Lapas Batu, Nusakambangan. ”Pemindahan ini dilakukan mendadak,” tuturnya.

Hal itu membuatnya panik, sebab Nusakambangan merupakan lokasi eksekusi terpidana mati tahap I dan II. Apalagi, jaksa dan sipir tidak menjelaskan sama sekali alasan pemindahan tersebut. ”Saya hanya bisa menurut saja,” ujarnya.

Namun, ada hal yang cukup menyakitkan. Yakni, keluarganya tidak diberitahukan pemindahan tersebut. Padahal, Suryanto sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan keluarganya. ”Mereka belum menjenguk saya lebih dari tiga bulan,” terangnya, lalu terdiam.

Beberapa menit kemudian, dia kembali menuturkan, jangan-jangan hingga saat ini keluarga belum mengetahui bahwa dirinya dipindah ke Nusakambangan. ”Saya hingga saat ini belum komunikasi dengan keluarga. Saya tidak punya uang untuk menelepon,” tuturnya.

Apa ada rencana untuk melakukan proses hukum? Dia mengakui bahwa hingga saat ini memang belum mengajukan peninjauan kembali (PK). Namun, selain PK, dirinya ingin menulis surat pernyataan yang ditujukan pada Presiden Jokowi. ”Saya ingin menceritakan semuanya,” tuturnya.

Misalnya, soal proses penyelidikan dan penyidikan yang dialaminya. Menurutnya, selama dalam kedua proses itu, banyak sekali siksaan yang dihadapinya. Pukulan dan tendangan jadi makanan sehari-hari. ”Kami terpaksa mengakui seperti yang diinginkan petugas,” jelasnya.

Yang juga memberatkannya adalah penggunaan pasal internasional, sehingga membuatnya divonis hukuman mati. ”Padahal, saya baru sekali itu melakukannya dan karena terbujuk Bandar,” tuturnya.
Ketidakpastian hukuman terhadap dirinya juga membuatnya merasa dihukum dua kali. Dia menuturkan, dirinya sudah dipenjara sekitar sembilan tahun, lalu sekarang ada rencana eksekusi mati. ”Padahal, dalam vonis saya tidak ada hukuman penjara,” paparnya.

Dengan itu semua, Suryanto mempertanyakan, apakah tidak boleh mendapatkan satu kesempatan lagi untuk hidup.
”Pak Jokowi, tolong beri kami kesempatan sekali saja. Saya pastikan saya tidak akan mengulangi kesalahan itu,” keluhnya dengan mata yang mulai memerah.

Kalau pun bisa, sebelum eksekusi mati dilakukan, Presiden Jokowi bisa bertemu dengan dirinya. Dengan begitu, maka Jokowi bakal bisa menilai bagaimana kepribadiannya. ”Kalau bisa ketemu presiden, tentu saya akan membuka semuanya,” jelasnya.

Tidak hanya itu, untuk menjadi peringatan bagi pengedar dan pengguna narkotika, Suryanto juga akan menuliskan semua kisah hidupnya. Harapannya, semua pengedar dan pengguna belajar dari hidupnya. ”Biar semua bisa tobat dan menjauhi narkotika,” tegasnya.
Sementara, ternyata Suryanto di lingkungan barunya mendapatkan sambutan yang tidak disangka-sangka. Dia menuturkan bahwa dirinya dan kedua rekannya, Pujo Lestari dan Agus Hadi dijamu oleh John Kei.
”Dia membelikan kami makanan nasi ayam di luar makanan penjara. Di kantin lapas itu,” tuturnya.
Hampir setiap hari, John Kei memberikan jamuan tersebut. Dia menuturkan, kondisi ini cukup berbeda dengan yang terjadi di Lapas Batam. ”Kalau di Lapas Batam itu tidak semanusiawi di Lapas Batu,” ujarnya.
Sementara, John Kei yang juga berhasil ditemui Jawa Pos menuturkan bahwa jamuan itu merupakan kewajiban dirinya untuk membantu terpidana. ”Itu kewajiban kita, harus saling membantu,” paparnya singkat.

Analisis contoh kasus :
Dari paparan contoh kasus terpidana mati asal Batam tersebut sudah jelas sekali terdapat rasanya kegelisahan yang cukup hebat dari mulai kecurigaannya dipindahkan dari Lapas Batam ke Lapas Batu, ingin menulis surat untuk Presiden Jokowi, berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, merasa ketidak adilan terhadap dirinya yang merasa di hukum dua kali, ketidakpastian terhadap hukumannya, rasa bersalah dan sangat ingin bertemu dengan keluarga besarnya. Hal ini disebabkan karena hukuman yang akan ia hadapi hukuman yang membuatnya merasa takut akan akhir dari kehidupannya tersebut.

Sumber :
Drs. Djoko Widagdho.2008. Ilmu Budaya Dasar (MKDU).Jakarta:Bumi Aksara.
dimyati.staff.gunadarma.ac.id